Konon semua hal perlu dirayakan,
tapi bukan sekedar perayaan, bukan sekedar hura – hura atau mengumbar uang belaka,
tapi sebagai Penanda.
Beberapa hal perlu ditandai,
memberikan tanda sampai dimana, agar bisa melihat serta menilai perjalanan
sudah sejauh mana. Sehingga bisa dilakukan refleksi terhadap apa yang sudah dilewati,
apakah ada yang terlewat atau bagian mana yang sudah dijalankan tapi belum
maksimal.
Begitulah kiranya terselenggaranya
WPAP FEST 2015, dimana WPAPer dari seluruh chapter Indonesia berkumpul. Saya
sendiri mewakili chapter Semarang bersama dengan 3 orang lainnya. Acara
berlangsung selama 3 hari dari tanggal 18 – 20 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta
Pusat. Acara ini berbarengan dengan acara Pesta Seni Rupa 2015 yang di ikuti
oleh seniman lukis seluruh Indonesia. Kami berempat berangkat terpisah, 2 orang
berangkat jumat siang, 1 orang memang bekerja di Jakarta. Dan Saya berangkat
jumat malam, sebenarnya ingin berangkat kamis malam, tapi ada daya, jumat siang
masih bekerja.
Keberangkatan.
Sempat ada keraguan apakah jadi
berangkat atau tidak, karena ternyata ada lembur yang tiba – tiba dari kantor,
untungnya seminggu sebelumnya saya sudah ngomong ke bos untuk cuti lembur.
Pulang dari kantor jam 6 sore, agak mendung, sepertinya hujan mau turun. Sampai
kontrakan Lalu berpacking, saya membawa pakaian seperlunya, bawaan sebetulnya
sedikit tapi tas terasa penuh karena saya harus bawa laptop, untuk mengerjakan
beberapa deadline dari kantor dan dari mana saja.
Terdengar beberapa kali gemuruh suara
dari langit disertai beberapa kilatan membuat saya memutuskan untuk berangkat ke
stasiun walau jadwal keberangkatanku jam 9 malam. Benar, ditengah perjalanan
mulai gerisis, laju motor aku tambah. Masih jam 8 ketika saya mencetak tiket
keretaku, tapi walau masih 1 jam dari jadwal keberangkatan, keretaku sudah tiba
dan kami di persilahkan masuk.
Kereta Menoreh, gerbong 1, kelas
ekonomi, aku duduk. Tiket keretaku seharga 3 kali lipat dari tiket 2 temanku
yang berangkat siang tadi. Seandainya aku tak bekerja pastinya aku ikut
berangkat bersama mereka. Aku duduk berhadapan dengan suami istri yang umurnya
mungkin hampir sama dengan orangtuaku. Satunya guru dan satunya ibu rumah
tangga, mereka berdua ke Bekasi untuk mengunjungi anaknya. Lalu di sebelahku
adalah seorang ibu yang juga seumuran dengan orangtuaku, ia ke Jakarta untuk
mengunjungi anaknya yang baru kuliah di Jakarta, baru semester 1 katanya. Sepanjang
perjalanan sudah bisa di tebak apa yang menjadi tema obrolan ketika orang tua dan
anak berkumpul, yaitu tentang kuliah, kerja dan nikah. Obrolan yang
menyenangkan.
Tibalah di Stasiun Pasar Senen,
aku melihat jam di tanganku, setengah empat. Stasiun ramai sekali, tentu saja,
minggu – minggu ini adalah minggu paling pas untuk cuti libur, beberapa tanggal
merah menempatkan dirinya dengan baik dan tepat sesuai harapan banyak orang,
ada libur maulid, natal dan tahun baru. Saya berjalan menjauh dari stasiun,
tukang taksi dan ojek di stasiun sungguh sangat berisik, saya paham sih kalo
mereka mencari nafkah, niat yang mulia, tapi ya nggk gitu juga. Setelah
menjauh, aku mengoder gojek, tak sampai semenit gojek datang, lalu sampai ke
taman ismail marzuki skitar jam 4 pagi.
Sampai di TIM , suasana lenggang,
sepi, maklum jam 4 pagi, dan sepertinya ayam tak berkokok di Jakarta. Di area
WPAP FEST masih ada 3 orang yang terjaga, karena capek dan dikereta tak bisa
tidur nyenyak, aku cuma sedikit mengobrol lalu tidur.
Hari sabtu di TIM (Taman Ismail Marzuki)
Gerimis,
aku kebelet untuk ke toilet, sial jalan untuk ketoilet di tutup dan katanya di
buka ketika jam 9, sial. WPAP Fest hari ini dimulai jam 10 Pagi, Perkenalan
dari perwakilan komunitas per chapter dan diselingi music akustik, sesi
selanjutnya ngobrol bareng Pak Dhe Wedha – kami para WPAPer memanggil beliau
Pak Dhe -, sang Founder sekaligus penemu style seni WPAP, Pak Dhe Wedha menutup
sesi dengan 2 lagu bertemakan WPAP, sungguh kreasi lagu yang bagus, di usianya sekarang
beliau masih saja rajin berkarya, saya yang jauh lebih muda ini merasa tersungging
malu.
Gerimis
dan hujan bergantian mengambil peran dari pagi hingga malam. Hujan di bulan
desember, Lagu milik efek rumah kaca ini saya tempatkan sebagai penyebabnya,
lagu yang terus di dengungkan para penikmatnya ini pastinya adalah doa yang menyebabkan
hujan turun, di bulan desember.
Hari Minggu Di TIM
Sungguh
kampret, nyamuk sepertinya berjumlah ratusan ribu. Ya, saya tidur TIM, di stand
pameran WPAP bersama puluhan WPAPer lainnya. Dan kalau bukan karena capek, saya
pasti tak bisa tidur. Kaos kaki saya buka, dan lihatlah? nyamuk macam apa yang
bisa menembus kaos kakiku ini, karya seni dari nyamuk ini menghiasi kaki dan
sekujur tubuhku. Untung cuma satu malam, kalo 2 malam bermalam disini mungkin
bisa terkena anemia, kekurangan darah. Dan untung saja ada puluhan WPAPer
lainnya, jadi nyamuk tersebar dan terbagi, tidak terfokus di satu orang.
Bayangkan kalo cuma seorang yang bermalam di sini, pasti darahnya tersedot
habis pada malam pertama.
Minggu
pagi dengan gerimis yang sama seperti kemarin. Agenda hari ini cuma sampai jam
2 siang. Berkumpul, saya memperhatikan desain backdrop, tertulis chapter jabodetabek, jogja, kupang,
solo, dll, tapi tak ada chapter Bandung, kemanakah ia? Padahal event akbar WPAP
kemarin ada di bandung, KAA –konferensi Asia Afrika-, tapi saya sedikit banyak paham,
begitulah komunitas, ada yang datang dan pergi, pun demikian juga WPAP
Semarang, ada yang datang ada yang pergi, tak ada mudah dalam mengelola
komunitas, apalagi dari awal berdiri. WPAP FEST ditutup dengan pengumuman WPAP
FEST selanjutnya ada di Sulsel, 3 tahun lagi, tentu saya berharap bukan saya yang
mewakili kesana, melainkan para generasi WPAPer Semarang selanjutnya.
Perjalanan pulang ke Semarang.
Jam
2 tadi acara ditutup, WPAPer perwakilan mulai berpamitan, karena Keretaku
berangkat jam 8 malam, saya menunggu agak sore. Asik menunggu, hujan malah
turun sangat deras, angin bertiup kencang, dan percayalah, Stand WPAP pun harus
gulung tikar sementara, karena angin merusak tenda stan kami.
Jam
5 hujan mulai reda, masih gerimis. Takut kalo hujan akan turun deras lagi, saya
putuskan untuk ke stasiun, sama seperti kemarin saya naik gojek untuk ke
stasiun, Sampai stasiun skitar jam 6, keberangkatanku jam 8 malam.
Dikereta,
2 orang didepanku cewek dan cowok, satu orang disampingku cewek, semuanya
seumuran denganku, dan tentu semuanya tak saling mengenal, karena earphone
tertancap di telinga mereka semua, saya malas untuk mengawali obrolan, lalu
memutuskan untuk tidur saja toh pagi nanti saya akan berangkat kerja.
Jam
4 pagi aku sampai kos, tidur sebentar akan lebih baik pikirku, alarm aku set
jam 7 pagi dan setengah 8. Aku terbangun jam 10 pagi.
0 Response to "WPAP FEST 2015"
Posting Komentar